Ketika mendengar istilah stroke, Anda mungkin terbayang penyakit kerusakan otak akibat gangguan suplai darah. Namun sebenarnya stroke bisa juga terjadi di area mata atau yang dikenal dengan oklusi arteri retina. Sama halnya dengan stroke di otak, stroke mata terjadi karena ada sumbatan pada pembuluh darah yang menuju maupun yang berasal dari mata. Sayangnya, penyakit ini masih asing di kalangan masyarakat sehingga tidak banyak orang yang menyadari gejalanya.
Penyebab stroke mata
Stroke mata terjadi akibat penyumbatan aliran darah dari dan menuju retina. Kondisi ini dapat terjadi akibat penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah. Ketika pembuluh darah retina tersumbat, cairan akan bocor mengganggu retina. Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan retina sehingga menghalangi sirkulasi oksigen dan memengaruhi kemampuan untuk melihat.
Penyebab gangguan pembuluh darah retina ini masih belum dapat dipastikan, namun para ahli menganggap sejumlah penyakit seperti hipertensi dan diabetes dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke mata.
Gejala stroke mata yang perlu diwaspadai
Gejala stroke mata dapat berkembang selama beberapa hari atau terjadi secara tiba-tiba tanpa ada keluhan sebelumnya. Namun dilansir dari Healthline, ada beberapa gejala stroke mata yang perlu diwaspadai, yaitu:
- Munculnya floaters, yaitu sejenis benda kecil yang melayang-layang di area pandangan mata. Floaters dapat terbentuk ketika cairan yang mengisi bola mata berkurang sehingga membentuk untaian kolagen yang kemudian ditangkap mata sebagai floaters
- Mata terasa sakit dan nyeri
- Pandangan kabur secara terus-menerus
- Penglihatan berkurang yang terjadi secara perlahan atau tiba-tiba
- Penurunan lapang pandang mata
Apabila Anda merasakan satu atau dua gejala stroke mata maka sebaiknya segera periksakan ke dokter mata. Pasalnya, gejala stroke mata yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kebutaan secara permanen.
Diagnosis dan pengobatan stroke mata
Pada keluhan stroke mata, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik dan pemeriksaan funduskopi atau optalmoskopi untuk melihat bagian dalam mata. Dokter mungkin juga akan membutuhkan pemeriksaan lain seperti CT-scan untuk mendeteksi adakah sumbatan/perdarahan otak.
Setelah mendapat gambaran kondisi mata pasien, dokter akan memberikan terapi sesuai dengan keparahan kondisi mata. Beberapa terapi yang dapat diberikan antara lain memberikan suntikan atau obat kortikosteroid untuk mengurangi kebocoran pada pembuluh darah dan mencegah pembengkakan saraf. Dokter juga dapat memberikan obat untuk menurunkan tekanan pada mata untuk melancarkan aliran darah ke saraf optik.
Writer: Ratih
Edited by: dr. Benita Arini Kurniadi
Last updated: 04/08/2021